Annubala ID PUISI
SUNYI
Oleh: Irfan Fauzi
Tatkala siang yang gemerlap,
Berubah menjadi malam yang gelap gemintang,
Dari sudut, kulihat pria berlalu layang,
Sementara mereka yang lain sudah siap terlelap.
Dengan pakaian compang-camping,
Alas kaki selang-seling,
Berjalan terhuyung-huyung,
Seraya menggerutu nasib dengan sumpah serapah.
Ia mengarah ke lorong sempit,
Hingga ku ikuti derap langkahnya, hati terbelat-belit.
Sampailah pada sebuah bangunan longgar di langgar,
Termenung di serambi luar langgar.
Ku hampiri pelan-pelan,
Ku berikan seperangkat alat shalat,
Tatapan kosong itu kini mulai berbinar,
Bergegas ia menuju jeding wudhu, peka berseka.
Ku ajak ia menenangkan jiwa,
Melepaskan rasa sakit di setiap sendi tubuh,
Ku dengar jeritan lirih doanya berulang-ulang,
“Ya Allah, hamba rela kelaparan, namun jangan biarkan istri dan anak-anak.”
Baca juga: Ilustrasi Cinta Sejati: Sebuah Refleksi
