Annubala ID – Wasathiyah sering dipahami sebagai sikap moderasi atau keseimbangan dalam beragama yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, pemahaman tentang wasathiyah kerap disalahartikan sebagai sekadar “tengah-tengah” secara tekstual.
Ia menegaskan bahwa wasathiyah lebih dari itu, yakni sikap adil dan ketegasan dalam menempatkan segala sesuatu sesuai porsinya. Dengan kata lain, wasathiyah mengandung arti keadilan dan kebijaksanaan dalam bertindak, bukan sekadar posisi tengah secara fisik.
Prof. Quraish Shihab memberikan contoh yang sederhana namun menggugah tentang wasathiyah, yaitu seorang wasit dalam pertandingan sepak bola. Meskipun seorang wasit tidak harus selalu berdiri di tengah lapangan.
Terpenting adalah ia mampu menegakkan keadilan dengan tepat dalam setiap keputusan yang diambil. Contoh ini memperlihatkan bahwa wasathiyah lebih mengutamakan kualitas keadilan dan ketegasan daripada sekadar posisi tengah.
Baca juga: Srikandi Hijrah: Kisah Inspiratif Asma’ binti Abu Bakar
Dalam menerapkan wasathiyah, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Pertama adalah ketepatan dalam arti sasaran, cara, dan waktu. Sikap wasathiyah tidak boleh diterapkan dengan ikut-ikutan atau terburu-buru tanpa pengetahuan yang memadai.
Kedua, pengetahuan menjadi landasan utama agar seseorang mampu menerapkan sikap wasathiyah dengan benar.
Tanpa pemahaman yang baik tentang ajaran agama dan konteks yang dihadapi, sikap “tengah” bisa saja keliru dan tidak membawa kebaikan. Ketiga, kehati-hatian dan pengendalian emosi juga menjadi kunci agar seseorang tidak terjebak dalam sikap ekstrem yang berlebihan.
Prof. Quraish Shihab menekankan pentingnya mengganti emosi berlebihan dengan cinta agama yang tulus, karena emosi yang tidak terkendali seringkali menyebabkan pelanggaran terhadap prinsip agama sendiri.
Konteks kehidupan modern yang penuh tantangan dan perbedaan menjadikan wasathiyah bukan hanya sekadar pilihan, tetapi sebuah kebutuhan mendesak.
Baca juga: Ibnu Battutah: Sang Penjelajah Dunia dari Dunia Islam
Dengan sikap wasathiyah, umat diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara keimanan yang kuat dan sikap toleran terhadap perbedaan. Sehingga persatuan dan kedamaian tetap terjaga. Sikap ini juga menjadi benteng dari pengaruh radikalisme dan sikap ekstrem yang merusak harmoni sosial.
Secara ringkas, wasathiyah adalah kemampuan menempatkan diri dengan adil dan tepat dalam segala situasi. Makna ini jauh melampaui sekadar berada di tengah secara fisik, melainkan mencakup keadilan, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.
Pemahaman dan praktik wasathiyah yang benar adalah kunci bagi umat agar dapat menghayati ajaran agama dengan seimbang dan penuh kasih, sekaligus bijaksana dalam menghadapi dinamika zaman.
Penulis: Jauharotun Nafiisah dalam acara Multaqa Nusantara di Yogyakarta
Baca juga: Shafwah al-Tafasir: Cahaya Keilmuan dalam Tafsir Syekh Ali Al-Shabuni
