Annubala ID – Siapa yang tidak pernah mendengar mengenai Drakula? Drakula adalah makhluk haus darah yang hidup abadi, seringkali dikenal dari film-film horor Barat dan dikaitkan dengan vampir. Namun, tahukah Anda bahwa sosok ini memiliki kaitan erat dengan sejarah dan pandangan Islam? Artikel ini akan menelusuri jejak Drakula dari sudut pandang yang jarang dibahas.
Sosok Drakula yang kita kenal sekarang pertama kali disebarkan secara luas dan ikonik oleh Bram Stoker melalui novelnya yang berjudul Dracula, yang diterbitkan pada tahun 1897. Kendati mitos tentang vampir sudah ada dalam cerita rakyat Eropa Timur selama berabad-abad sebelum Bram Stoker. Ada tokoh nyata dalam sejarah Islam yang menjadi inspirasi bagi karakter ini, yaitu Vlad The Impaler.

Baca juga: Kesejahteraan Guru: Persoalan Bangsa yang Dianggap Tabu
Vlad III, yang dikenal sebagai Vlad The Impaler, adalah seorang pangeran dari Wallachia (sekarang Rumania) pada abad ke-15. Nama “Vlad Tepes” merujuk pada julukannya dalam bahasa Rumania, yang berarti “Penyula” atau “The Impaler”, sebab metode eksekusi favoritnya yang sangat brutal, yaitu menyula musuh-musuhnya di tiang kayu. Vlad III dikenal sebagai “Pangeran Penyula” dan menjadi inspirasi bagi karakter Drakula.
Dalam sejarah Islam, Vlad Tepes diketahui pernah berhubungan dengan Kesultanan Utsmani. Bersama adiknya, Radu Cel Fromus, Vlad pernah menjadi sandera politik di bawah kekuasaan Sultan Murad II. Walaupun ada upaya untuk mendidik mereka, termasuk mengenai Islam, Vlad tumbuh dengan kebencian mendalam terhadap Utsmani, terutama karena adiknya Radu memeluk Islam dan menjadi favorit di Istana Utsmani.
Setelah merebut kembali tahtanya dengan bantuan Utsmani, Vlad membelot dan menjadi musuh bagi kaum Muslimin. Ia menolak membayar jizya, pajak bagi non-Muslim yang hidup di bawah perlindungan negara Islam, dan secara terbuka menyatakan permusuhan terhadap Utsmani.
Salah satu kejadian paling terkenal adalah pembantaian prajurit Turki yang tersisa di Wallachia, di mana mereka disula secara massal.

Baca juga: [Puisi] Jamaah
Vlad pula dikenal karena tindakan brutalnya terhadap komunitas Muslim, termasuk menawan dan menyula sekitar 30.000 pedagang Turki beserta keluarga mereka.
Ketika Sultan Mehmed II, penakluk Konstantinopel, memimpin pasukan besar untuk menyerang Wallachia pada tahun 1462, mereka menemukan pemandangan mengerikan: tiang-tiang yang ditancapi puluhan ribu mayat tentara dan warga sipil Muslim yang disula oleh Vlad sebagai bentuk teror.
Kemudian Vlad menyebarkan penyakit menular di wilayah yang dihuni Muslim dengan meracuni sumber air, serta membakar desa-desa dan lahan pertanian untuk mencegah pasukan Utsmani mendapatkan logistik.
Sementara itu, Sultan Mehmed II, yang pernah belajar bersama Vlad, sangat murka dengan kekejaman dan pengkhianatan Vlad, sehingga ia memimpin kampanye militer untuk menyingkirkan Vlad.
Vlad Tepes meninggal dalam pertempuran melawan pasukan Utsmani pada tahun 1476. Konon, kepalanya dipenggal dan dibawa ke Konstantinopel sebagai bukti kematiannya dan untuk mengakhiri teror yang ia sebarkan. Kepala tersebut dipamerkan di tiang sebagai peringatan bagi siapa pun yang berani menentang Kesultanan Utsmani.
Baca juga: Nyai Zuhriyyah & Kiai Mundzir: Pasangan Ilmu dan Keteladanan
Bahkan dalam Islam tidak ada istilah khusus seperti “vampir” atau “Drakula”, konsep makhluk jahat yang menyesatkan manusia sangat dikenal. Jin, syaitan, dan manusia zalim disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pengganggu kehidupan manusia. Islam mengajarkan bahwa semua kekuatan buruk dapat ditolak dengan doa, dzikir, dan iman yang kuat.
Lebih lanjut, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan doa perlindungan dari gangguan makhluk jahat. Doa itu adalah membaca ayat kursi.
Sebagaimana hadits yang berbunyi, “Barang siapa yang membaca ayat kursi ketika malam hari sebelum tidur, maka Allah akan mengutus penjaga baginya dan setan tidak akan mendekatinya hingga pagi.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian, Islam melarang kita untuk mempercayai mitos tanpa ilmu. Kita boleh mempelajari kisah seperti Drakula sebagai sejarah atau sastra, namun bukan untuk ditakuti atau diagungkan.
Lebih penting lagi, Islam mengajarkan bahwa kehidupan ini sementara dan kekuatan sejati hanya milik Allah. Maka bukan vampir atau makhluk ghaib yang patut ditakuti, tetapi justru kehilangan iman dan amal yang harus kita waspadai.
Referensi
- Stoker, Bram. Dracula. Archibald Constable and Company, 1897.
- Bram, Stoker. Dracula: The Unabridged Original Classic. CreateSpace Independent Publishing Platform, 2015.
- Mihail, I. “Vlad the Impaler: The Man Behind the Legend.” Journal of Romanian History, vol. 5, no. 2, 2010, pp. 23-40.
- Toma, A. “The Impact of Vlad the Impaler on Romanian Culture.” Cultural Studies Review, vol. 8, no. 1, 2016, pp. 67-80.
- Kearney, M. “Vampires in Literature: A Historical Perspective.” Literary Studies Journal, vol. 9, no. 4, 2018, pp. 201-215.
- Baker, C. “The Historical Dracula: Vlad Tepes and His Legacy.” European History Quarterly, vol. 12, no. 3, 2015, pp. 145-162.
- Popescu, R. “The Myth of Dracula: From History to Fiction.” Romanian Literary Review, vol. 3, no. 2, 2019, pp. 88-102.
- Radu, Florin. “Vlad the Impaler: The Historical Dracula.” Romanian Historical Review, vol. 1, no. 1, 2000, pp. 45-60.
- Punter, David. The Literature of Terror: A History of Gothic Fictions from 1765 to the Present Day. Longman, 1996.
- Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail. Sahih al-Bukhari. Terjemahan dan penjelasan.
- Esposito, John L. Islam: The Straight Path. Oxford University Press, 2016.
Penulis: Taty Arifa Niswa Fauziyah (Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara-Universitas Terbuka Jakarta dan Komunitas Penulis Annubala ID) | Email: tatyarifa25@gmail.com

Website Keislaman | Komunitas & Kajian Kepenulisan