Jangan Lewatkan! Inilah Doa yang Dibaca Saat Melihat Hilal

Kajian

Annubala ID Tepat pada hari Jum’at tanggal 28 Februari 2025 M atau 29 Sya’ban 1446 H, Lembaga Falakiyah PBNU telah memberikan instruksi kepada para perukyah Nahdlatul Ulama se-Indonesia untuk melakukan rukyatul hilal pada awal bulan Ramadhan 1446 H.

Beberapa organisasi masyarakat (ormas) Islam, di antaranya Muhammadiyyah, telah menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada hari Rabu tanggal 01 Maret 2025 M. Tentu hal ini sudah kegaliban di Indonesia, pasalnya dalam penetapan awal bulan memiliki metode tersendiri. Ada yang menggunakan metode Rukyah dan Hisab (sebagaimana Muhammadiyah).

Dalam tulisan ini, admin tidak akan menjelaskan lebih lanjut terkait penetapan awal bulan Ramadhan. Kita tunggu saja keputusan resmi dari Pemerintah pusat. Di sini admin hendak menyajikan anjuran doa saat melihat hilal (awal bulan), dalam hal ini hilal Ramadhan.

Sebagaimana riwayat Ad-Darimi no. 1730 dan At-Tirmidzi no. 3451, dari sahabat Thalhah bin Ubaidillah Ra. bahwasannya Nabi Muhammad Saw. pada saat melihat hilal (awal bulan) beliau berdoa:

Baca juga: Menelusuri Jejak Kitab Sekunder di Nusantara: Tantangan dan Solusi

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْليُمْنِ وَالْاِيْمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَاْلاِسْلَامِ، رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah ini bulan membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”

Riwayat lain dari Ad-Darimi no. 1729 menyebutkan, dari sahabat Ibnu Umar Ra. ia berkata: Rasulullah Saw. pada saat melihat hilal beliau berdoa:

الله أَكْبَرْ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْليُمْنِ وَالْاِيْمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَاْلاِسْلَامِ ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ
Artinya: “Allah Maha Besar, Ya Allah jadikanlah ini bulan membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman, petunjuk bagi amal yang Kau suka dan restui. Tuhanku (Tuhan kami) dan Tuhanmu adalah Allah.”

Ibnu ‘Alan rahimahullah dalam kitab Al-Futuhat (328/4) menjelaskan, Al-Jauhari mengatakan, dinamakan hilal itu terhitung dari malam pertama, kedua, dan ketiga. Setelah itu disebut bulan. Dalam mu’jam matn al-lughah penamaan hilal karena dua malam dari awal bulan (ini pendapat populer) atau akhir bulan, bisa jadi tiga malam atau sampai tujuh malam.

Dua malam dari akhir bulan adalah tanggal 26 dan 27. Selain semua itu, maka dinamakan qamar (bulan). Namun terkusus tanggal ke-14, disebut badr, yakni bulan purnama.

Baca juga: Siapa Pendamping Istri di Surga? Dilema Pernikahan Setelah Kematian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *